Nama: Susi Sukanti
Kelas : 6 B
NPM : 116211765
ANALISIS GAYA BAHASA
“Suluk Tuhu Linglung”
(Emha Ainun
Najib)
Oleh: Susi
Sukanti
1.
Puisi
Sepedati penuh kertasnya
Tiada lain yang diperbincangkan
Kenapa sedemikian sesat
Memeluk titipan tanpa sisa
Terlena karena dipercaya
Padahal itu tak benar-benar disadarinya
Nabi, wali, mukmin, sirna
Hancur, lebur, luluh, musnah, hilang
Namun tak dicapainya kekosongan.
Tiada lain yang diperbincangkan
Kenapa sedemikian sesat
Memeluk titipan tanpa sisa
Terlena karena dipercaya
Padahal itu tak benar-benar disadarinya
Nabi, wali, mukmin, sirna
Hancur, lebur, luluh, musnah, hilang
Namun tak dicapainya kekosongan.
2. Analisis
Gaya Bahasa Dalam Puisi “Suluk
Tuhu Linglung karya Emha Ainun Najib”
2.1 Pengertian Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan salah satu
unsur dari sebuah puisi. Gaya bahasa adalah cara khas menyatakan
pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan (Moelino, 1989).
Dalam puisi, penyair berusaha menyampaikan ide, perasaan dan pikirannya dengan
menggunakan bahasa yang dibuat sedemikian rupa sehingga tampak indah dan penuh
makna. Oleh karena itu, untuk dapat membaca puisi dengan baik,memahami,
memaknai, menganalisis, dan mengajarkan puisi, kita harus memahami gaya bahasa
tersebut.
Menurut HB Jassin, gaya bahasa adalah
perihal memilih dan mempergunakan kata sesuai dengan isi yang mau disampaikan.
Sedangkan menurut Nata Wijaya (1986:73), gaya bahasa adalah pernyataan dengan
pola tertentu, sehingga mempunyai efek tersendiri terhadap pemerhati (pembaca
dan pendengar). Disini penulis akan melihat gaya bahasa yang terdapat dalam puisi “Suluk Tuhu Linglung” karya Emha Ainun Najib.
2.2 Jenis-Jenis Gaya Bahasa
Secara garis besar, gaya bahasa dapat dibedakan
menjadi empat kelompok, yaitu:
1)
Gaya bahasa
perbandingan;
2)
Gaya bahasa
penegasan;
3)
Gaya bahasa
sindiran;
4)
Gaya bahasa
pertentangan.
Analisis Gaya Bahasa Puisi Suluk Tuhu Linglung karya Emha Ainun Nadjib.
1. Gaya Bahasa
Penegasan, gaya bahasa Antikllimaks adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa
hal berturut-turut, makin lama makin melemah artinya. Yang terdapat dalam puisi
adalah: Sepedati penuh kertasnya sampai dari namun tak di capainya
dengan kekosongan.
2.
Gaya Bahasa Penegasan, gaya bahasa Enumerasi adalah
gaya bahasa yang dipakai untuk menyebutkan beberapa peristiwa yang membentuk
kesatuan, dilukiskan bagian demi bagian supaya jelas. Yang terdapat dalam puisi
adalah: Terlena karena dipercaya
Padahal itu tak benar-benar disadarinya.
Padahal itu tak benar-benar disadarinya.
3. Gaya Bahasa Penegasan, gaya bahasa
Gaya bahasa Retoris adalah gaya bahasa yang menggunakan kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban. Yang terdapat dalam puisi adalah: Kenapa sedemikian sesat.
Gaya bahasa Retoris adalah gaya bahasa yang menggunakan kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban. Yang terdapat dalam puisi adalah: Kenapa sedemikian sesat.
4. Gaya bahasa penegasan, gaya bahasa Gaya bahasa
Repetisi adalah gaya bahasa yang mengulang sepatah kata atau kelompok kata
beberapa kali dalam kalimat yang berbeda. Yang terdapat dalam puisi adalah: Nabi,
wali, mukmin, sirna, hancur, lebur, luluh, musnah, hilang.
Gaya bahasa itu menghidupkan kalimat dan memberi gerak pada kalimat. gaya
bahasa itu untuk menimbulkan reaksi tertentu, untuk menimbulkan tanggapan
pikiran kepada pembaca (pradopo, 1987). Setiap pengarang biasanya mempunyai
gaya bahasa sendiri, hal ini sesuai dengan sifat dan kegemaran masing-masing
pengarang. Pengarang menggunakan gaya bahasa yang bermacam-macam untuk
mengungkapkan pikiran dan pembacanya.gaya bahasa sebenarnya merupakan bagian
dari diksi atau pilihan kata. Karena yang dibicarakan disini puisi maka diksi
atau pilihan kata tersebut dilihat penggunaannya dalam sebuah puisi. Yang
dipersoalkan adalah tepat tidaknya pemakaian kata, frase, dan kalimat untuk
menggambarkan situasi tertentu dan maksud tertentu.
Untuk memahami dan menggunakan gaya bahasa
yang baik, anda perlu mengetahui unsur-unsur yang perlu ada di dalamnya. Gaya
bahasa yang baik harus mangandung tiga unsur yaitu: kejujuran,sopan santun, dan
menarik (keraf,1987).
1. Kejujuran
Dalam menggunakan gaya
bahasa, anda dituntut untuk berlaku jujur terhadapnya. Kejujuran dalam bahasa
berarti anda harus mengikuti aturan-aturan, kaidah yang baik dan benar dalam
berbahasa. Dalam mengungkapkan pikiran, anda perlu menggunakan kalimat yang
panjang dan berbelit-belit yang menyulitkan pembaca untuk memahaminya,
penggunaan kata-kata yang kurang tepat dan tidak terarah serta penggunaan
kalimat yang berbelit-belit adalah jalan untuk mengundang ketidak
jujuran.
2. Sopan-santun
Yang dimaksud dengan
sopan-santun adalah memberi penghargaan atau menghormati orang yang diajak
berbicara, khususnya pendengar atau pembaca.
3. Menarik
Dalam penggunaan gaya
bahasa, syarat kejujuran, kejelasan, dan kesingkatan baru merupakan
langkah awal, syarat lainya yang harus dipenuhi adalah penggunaan gaya bahasa
tersebut menarik.
Dilihat dari segi bahasa, ada beberapa
jenis gaya bahasa. Keraf (1987) mengatakan, ada gaya bahasa berdasarkan pilihan
kata, yaitu gaya bahasa resmi, gaya bahasa tidak resmi, dan gaya bahasa
percakapan. Ada gaya bahasa yang berdasarkan nada, yaitu gaya sederhana, gaya
mulia, dan bertenaga, serta gaya penengah.
2.3
Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat
Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan
sebagai dasar untuk menciptakan gaya bahasa. Struktur kalimat yang dimaksud
adalah di mana letak sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam
kalimat tersebut. Dari hal tersebut kita mengenal ada kalimat yang
bersifat periodik, kendur, dan kalimat berimbang (keraf,1987). Berdasarkan ketiga macam struktur kalimat
tersebut di atas, maka dapat diperoleh gaya bahasa: klimaks, antiklimaks, paralelisme, antithesis, dan
repetisi.
Gaya bahasa berdasarkan makna diukur dari
langsung tidaknya makn aitu apakah acuan yang di pakai masih
mempertahankan makna dasar, makna bahasa masih bersifat polos. Gaya bahasa di
kelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu gaya bahasa retoris. Yang semata-mata
merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu, dan
gaya bahasa kiasan.
2.4
Faktor kebahasaan dalam puisi
Bahasa puisi bersifat khas, berbeda dengan
bahasa prosa. Dalam puisi, penyair kadang menggunakan bahasa yang lain dari bahasa
yang kita gunakan sehari-hari. Untuk mendapatkan irama yang liris dan membuat
kepadatan, kesegaran serta ekspresitas yang lain, penyair bisa banyak membuat
penyimpangan dari tata bahasa normatif dalam puisi-puisinya. Berikut ini
contoh-contoh faktor kebahasaan dalam puisi:
1. Penyingkatan atau
pemendekan kata;
Dalam puisi modern
sering kita jumpai kata-kata yang dipendekkan.
2. Penghilangan imbuhan;
Imbuhan yang biasanya
dihilangkan oleh penyair untuk mendapatkan efek puitisnya yaitu awalan,akhiran,ataupun
awalan dan akhiran.
3. Penghapusan tanda baca;
Penyair juga sering
menghapuskan tanda baca dalam puisi-puisi yang ditulisnya.
4. Pemutusan kata;
Kita sering menjumpai
puisi yang di dalamnya terdapat kata-kata yang diputus. Penyair yang terkenal
dengan pemutusan kata-kata dalam puisinya adalah Sutardji Calzoum Bachri.
5. Penggabungan atau
perangkaian dua kata atau lebih;
Efek yang ditimbulkan
dengan penggabungan kata-kata tersebut adalah adanya kesan melebihi-lebihkan.
6. Penyimpanan struktur
sintaksis.
Kita juga sering
menjumpai penyimpangan-penyimpangan dari struktur sintaksis yang normatif. Hal
ini dilakukan oleh penyair untuk mendapatkan irama yang liris, kepadatan, dan
ekspresivitas.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Gaya bahasa dalam puisi merupakan salah satu unsur dari sebuah puisi. Gaya
bahasa adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk
tulis atau lisan dalam puisi penyair menyampaikan ide, perasaan, dan
pemikirannya dengan menggunakan bahasa yang dibuat sedemikian rupa sehingga
tampak indah, dan penuh makna.
2. Saran
Makalah ini penulis susun berdasarkan literatur yang penulis miliki.
Mudah-mudahan tugas ini dapat bermanfaat bagi para penulis dan pembaca. Sebagai
generasi penerus bangsa, terutama jurusan bahasa dan sastra Indonesia, mulailah
dari sekarang untuk mengembangkan karya sastra dengan belajar berkarya dan
terus berkarya.