ANALISIS
BENTUK PUISI DAN MAKNA TUNJUK AJAR MELAYU KARYA TENAS EFFENDY
TUGAS
KELOMPOK
OLEH:
Nama: NPM:
Susi
Sukanti 116211765
Shinta Angriani 116210388
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Islam Riau
Pekanbaru
2014
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
1.1.1
Latar Belakang
Khasanah
sastra Melayu, yaitu ekspresi-ekspresi sastra berbahasa Melayu dan semua
dialeknya, terdapat dalam bentuk lisan dan tulis. Dalam bentuk lisan, awal
kehadirannya tidak dapat ditentukan. Namun, apabila semua bentuk berbahasa yang
khas dapat dimasukkan ke dalam lingkup luas pengertian sastra, maka kehadiran
sastra lisan Melayu di perkirakan sama usianya dengan kehadiran bahasa dan
masyarakat melayu itu sendiri. Mantra Melayu, misalnya sejak zaman pra-sejarah
sudah digunakan untuk mengobati orang yang sakit, dank arena bahasanya yang
bersajak dan berirama, dianggap oleh sejumlah ahli sebagai bentuk puisi yang
paling purba. Demikian pula nyanyian-nyanyian menidurkan anak, mite atau
cerita-cerita yang dipercaya masyarakat sebagai hal yang benar-benar terjadi
dan dianggap suci (Depdiknas 2005: 749), legenda atau cerita rakyat zaman
daluhu kala yang berhubungan dengan peristiwa sejarah (Depdiknas 2005: 651).
Dibandingkan
dengan sastra lisan, sastra Melayu tertulis baru muncul setelah orang dan
masyarakat Melayu berkenalan dengan huruf. Huruf yang paling awal dikenal
masyarakat nusantara ialah huruf Palawa yang berasal dari India Tenggara, dan
digunakan untuk menuliskan bahasa sanskerta. Huruf ini masuk ke nusantara
bersamaan dengan penyebaran agama hindu, dan buktu tertua pemakaian ialah
prasatra yang dipahatkan pada yupa (batu tempat menambatkan hewan korban) dari
abad ke-4, yang ditemukan di Muara Kaman Kalimat (Collins 2009: 49).
Beberapa
abad kemudian, huruf Palawa digunakan pula untuk menuliskan bahasa Melayu,
sebagaimana terlihat pada prasasti-prasasti Kedukan Bukit Palembang (bertahun
604), Prasasti Talang Tuo Palembang (bertahun 684), Prasasti Kota Kapur Pulau
Bangka (bertahun 686), dan seterusnya. Namun, teks prasasti-prasasti tersebut
tidak dapat dikelompokkan ke dalam teks sasatra, karena pada umumnya isinya
adalah hokum dan ancaman bagi para pelanggarnya. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa huruf Palawa tidak meninggalkan jejak keberadaan sastra Melayu
tertulis di nusantara.
Contoh-contoh
itu memperlihatkan adanya hubungan akrab antara sastra melayu lisan dan
tertulis. Namum demikian, meskipun sastra lisan lebih dulu ada dibandingkan
sastra tertulis, dalam kasus sastra Melayu kita dapat mengatakan bahwa semua
teks yang guna dikenal ada bentuk lisannya,berarti adalah salinan dari bentuk
lisannya itu. Sebab, beberapa pertunjukan sastra lisan Melayu yang kita kenal
sekarang ternyata muncul belakangan, setelah teks tertulisnya ada. Dendang
pembacaan syair seperti yang kita kenal sekarang, misalnya adalah bentuk-bentuk
penulisan dari teks (tulisan) yang sudah ada sebelumnya. Sastra Melayu (lisan
maupun tertulis) pada umumnya memiliki dua fungsi utama, yaitu menghibur dan
mendidik. Koster (2011: 70) menyebutkan bahwa sastra yang menghibur ialah
sastra yang dapat melipurkan hati yang lara. Sedangkan yang mendidik ialah
sastra yang mampu member manfaat atau faedah.
Penulis
tertarik meneliti sub-bab ini karena keikhlasan dan kerelaan berkorban
merupakan sifat yang mulia bagi manusia, tetapi di zaman sekarang dirasakan
semakin langka ditemukan di dalam kehidupan masyarakat yang semakin
materialistis (berorientasi harta benda). Meskipun demikian topi-topik yang
lain juga relevan dengan kehidupan masa kini.
Sebagaimana
dibayangkan oleh Tenas Effendy dalam Bab “pendahuluan” bukunya ini,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa kini tidak jarang
menimbulkan pergeseran dan perubahan nilai-nilai budaya. Kemajuan material
membuat orang tidak dapat menjaga dan memelihara keseimbangan antara sisi
lahiriah dan batiniah. Dalam keadaan yang seperti itu nilai-nilai luhur menjadi
terancam, yang mengakibatkan kepribadian dan jatidiri memudar lalu hilang
(Effendi 2006: 1-6).
Tenas
Effendy adalah seorang budayawan Melayu terkemuka. Ia sudah menulis sekitar 170
buku tentang alam dan budaya serta adat istiadat Melayu. Tenas Effendy lahir di
Pelalawan pada tanggal 9 November 1936. Beliau hanya tamatan Sekolah Rakyat dan
Sekolah Guru (SGB dan SGA). Namun minat
dan perhatiannya terdapat kebudayaan, khususnya kebudayaan Melayu demikian
tinggi, sebagaimana tercermin dari tulisan-tulisan yang dihasilkannya, serta aktivitas
sehari-hari beliau. Atas karya dan pengabdiannya dalam bidang kebudayaan
Melayu, beliau diberikan anugerah Ijazah Kehormatan Doktor Falsafah (Doktor
Honoris Causa) bidang persuratan (sastra) dari institut Alam Tamaddun Melayu
(ATMA) Universiti Kebangsaan Malaysia, pada tahun 2005. Pada tahun 2006 beliau
mendapat anugerah Akademi Jakarta. Sejak menerima anugerah Doktor Honoris Causa
sampai tahun 2010, beliau menjadi karyawan tamu (dosen dan peneliti) di Akademi
Pengajian Melayu (APM) Universiti Malaya Kuala Lumpur. Semata berkhidmat di
lembaga ini, Tenas Effendy aktif berceramah dan membentang makalah dalam
berbagai peristiwa kebudayaan di alam Melayu Asia Tenggara. Buku Tunjuk Ajar
Melayu yang dikarangnya sekarang diterjemahkan ke dalam bahasa Thai untuk
dijadikan bahan pembelajaran muatan lokal di lembaga-lembaga pendidikan di
Thailand.
Dari
riwayat hidup ringkas yang diuraikan di atas, jelas bahwa Tenas Effendy adalah
tokoh yang berwibawa dan dihormati. Hal ini lebih memotivasi penulis untuk meneliti
teks-teks yang dikarangnya, khususnya “Butir-Butir Tunjuk Ajar Melayu” yang
berkaitan dengan sifat “Ikhlas dan Rela Berkorban”. Sifat-sifat ikhlas dan rela
berkorban yang dikemukakan menggunakan bentuk-bentuk bahasa khas sastra Melayu.
Penerapan ilmu sastra dalam penelitian ini ditumpukan pada bentuk-bentuk bahasa
sastra yang digunakan pengarang serta isi yang dikemukakannya.
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoretis maupun
praktis. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan member sumbangan
terhadap perkembangan pengetahuan pada umumnya, sastra Melayu khususnya, dan
secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembelajaran
sastra dan etika di sekolah-sekolah, terutama yang berikatan dengan budi pekerti.
1.1.2
Masalah
Penelitian
ini berangkat dari masalah yang berkaitan dengan ciri-ciri tekstual tanjuk ajar melayu karya Tenas Effendy,
khususnya topik “ikhlas dan rela berkorban” ,serta kandungan isinya. Masalah
tersebut dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah
bentuk puisi dalam Tunjuk Ajar Melayu
karya Tenas Effenddy khususnyatopic “ Ikhlas dan Rela Berkorban”?
2. Bagaimana
makna puisi topik “ikhlas dan rela Berkorban” dalam buku Tunjuk Ajar Melayu Karya Tenas Effendy?
1.2
Tujuan
Penelitian
Adapun
tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan
dan menganalisis bentuk puisi dari penyajian Tunjuk Ajar Melayu karya Tenas Effendy yang berkaitan dengan topic
“ Ikhlas dan Rela Berkorban”.
2. Mendeskripsikan
dan menganalisis makna puisi topic “Ikhlas dan Rela Berkorban” yang terdapat
dalam buku Tunjuk Ajar Melayu karya
Tenas Effendy.
1.3
Sumber Data
Adapun
sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini aadalah buku Tunjuk Ajar Melayu Karya Tenas Effendy
terbitan Penerbit Adicita Karya Nusa tahun 2006 Buku itu berjumlah 688. Data
utama adalah sub-bab “ikhlas dan Rela Berkorban” terdiri dari 90 bait yaitu
(halaman 137-148), sedangkan sub-bab lainnya dijadikan sebagai data pendukung.
1.4 Teknik Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik
hermeneutic, yaitu baca, catat, dansimpulkan (Hamidy 2003:24), yang dilakukan
terhadap buku Tunjuk Ajar Melayu
karya Tenas Effendy, khususnya topic “Ikhlas dan Rela Berkorban”, dan buku-buku
serta tulisan-tulisan lain yang relevan dengan penelitian ini.
1.5 Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul kemudian
dianalisis dengan langkah dengan cara (teknik) sebagai berikut:
a. Mengelompokkan
dan menguraikan data yang berkaitan dengan pola bait, pola baris, serta
persajakan puisi-puisi topik “Ikhlas dan Rela Berkorban” dalam buku Tunjuk Ajar Melayu karya Tenas
Effendy, berpedoman pada kerangka teoretis.
b. Menelaah
isi (content analysis) puisi-puisi topik “Ikhlas dan Rela Berkorban” dalam buku
Tunjuk Ajar Melayu karya Tenas Effendy untuk menemukan maknanya (mitos, tema,
dan amanatnya) sesuai dengan teori yang digunakan, dan kemudian mengelompokkan
dan menguraikannya secara sistematis.
2.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang
dilakukan terhadap Tunjuk Ajar Melayu
topic “Ikhlas dan Rela Berkorban” karya Tenas Effendy, dapat di simpulkan
sebagai berikut :
1. Bentuk
puisi yang digunakan dalam teks topic “Ikhlas dan Rela Berkorban” adalah
bentuk-bentuk puisi tradisional melayu (lisan maupun tulisan), dengan ikatan
formal berupa pola bait, pola baris dan persajak yang ketat. Pola bait puisi
topic “Ikhlas dan RelaBerkorban” terdiri dari ungkapan(2, 3, 4, 12, dan 16
baris), syair, dan pantun, yang semua nya merupakan bentuk-bentuk puisi Melayu
tradisional yang berakar pada kelisanan, dan baoit-bait dibangun melalui
baris-baris dan periodesitas yang juga seimbang. Pola baris puisi-puisi topic
“Ikhlas dan Rela Berkorban” hampir seluruh nya terdiri dari 4-5 kata (96,6%),
dan hanya (3,3%)yang lebih dari itu, dan sejumlah suku kata 9-10 suku kata
(71,4%) dan selebihnya (28,3%). Hal ini menunjukkan bahwa puisi-puisi tersebut
memprtimbangkan keseimbangan jumlah kata dan suku kata yang juga ketat.
Persajakan dalam puisi topic “Ikhlas dan Rela Berkorban” semua nya berupa
pengulangan bunyi akhir.
2. Makna
puisi adalah pengertian yang dikandung oleh puisi tersebut, dan puisi-puisi
topic “Ikhlas dan Rela Berkorban” menyampaikan makna bahwa manusia harus
menanamkan, memelihara dan mengamalkan sifat ikhlas dan rela berkorban dalam
diri nya sebagai salah satu cara untuk mencapai kehidupan yang sempurna. Makna-makna
tersebut dapat dikelompokan kedalam tiga hubungan, yaitu (a) sifat ikhlas dan
rela berkorban dalam kaitannya dengan individu manusia yang ideal, (b) sifat
ikhlas dan rela berkorban sebagai perekat kehidupan social, dan (c) sifat
ikhlas dan rela berkorban dalam kaitannya dengan hidup dan kehidupan yang
berfaedah di dunia maupun akhirat. Selain itu, teks tersebut juga menyampaikan
pengertian tentang ikhlas dan rela berkorban itu sendiri.
Daftar
Rujukan
Sari, Ratna. 2012.
Analisis Bentuk Puisi dan Makna Tunjuk Ajar Melayu Karya Tenas Effendy. Skripsi. FKIP. Universitas Islam Riau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar