Rabu, 26 Februari 2014

Analisis Skripsi



ANALISIS BENTUK PUISI DAN MAKNA TUNJUK AJAR MELAYU KARYA TENAS EFFENDY

TUGAS KELOMPOK
OLEH:                                              
Nama:                                        NPM:
Susi Sukanti                           116211765
Shinta  Angriani                    116210388

Program Studi Pendidikan Bahasa  dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Islam Riau
Pekanbaru
2014

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang dan Masalah
1.1.1        Latar Belakang
Khasanah sastra Melayu, yaitu ekspresi-ekspresi sastra berbahasa Melayu dan semua dialeknya, terdapat dalam bentuk lisan dan tulis. Dalam bentuk lisan, awal kehadirannya tidak dapat ditentukan. Namun, apabila semua bentuk berbahasa yang khas dapat dimasukkan ke dalam lingkup luas pengertian sastra, maka kehadiran sastra lisan Melayu di perkirakan sama usianya dengan kehadiran bahasa dan masyarakat melayu itu sendiri. Mantra Melayu, misalnya sejak zaman pra-sejarah sudah digunakan untuk mengobati orang yang sakit, dank arena bahasanya yang bersajak dan berirama, dianggap oleh sejumlah ahli sebagai bentuk puisi yang paling purba. Demikian pula nyanyian-nyanyian menidurkan anak, mite atau cerita-cerita yang dipercaya masyarakat sebagai hal yang benar-benar terjadi dan dianggap suci (Depdiknas 2005: 749), legenda atau cerita rakyat zaman daluhu kala yang berhubungan dengan peristiwa sejarah (Depdiknas 2005: 651).
Dibandingkan dengan sastra lisan, sastra Melayu tertulis baru muncul setelah orang dan masyarakat Melayu berkenalan dengan huruf. Huruf yang paling awal dikenal masyarakat nusantara ialah huruf Palawa yang berasal dari India Tenggara, dan digunakan untuk menuliskan bahasa sanskerta. Huruf ini masuk ke nusantara bersamaan dengan penyebaran agama hindu, dan buktu tertua pemakaian ialah prasatra yang dipahatkan pada yupa (batu tempat menambatkan hewan korban) dari abad ke-4, yang ditemukan di Muara Kaman Kalimat (Collins 2009: 49).

Beberapa abad kemudian, huruf Palawa digunakan pula untuk menuliskan bahasa Melayu, sebagaimana terlihat pada prasasti-prasasti Kedukan Bukit Palembang (bertahun 604), Prasasti Talang Tuo Palembang (bertahun 684), Prasasti Kota Kapur Pulau Bangka (bertahun 686), dan seterusnya. Namun, teks prasasti-prasasti tersebut tidak dapat dikelompokkan ke dalam teks sasatra, karena pada umumnya isinya adalah hokum dan ancaman bagi para pelanggarnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa huruf Palawa tidak meninggalkan jejak keberadaan sastra Melayu tertulis di nusantara.
Contoh-contoh itu memperlihatkan adanya hubungan akrab antara sastra melayu lisan dan tertulis. Namum demikian, meskipun sastra lisan lebih dulu ada dibandingkan sastra tertulis, dalam kasus sastra Melayu kita dapat mengatakan bahwa semua teks yang guna dikenal ada bentuk lisannya,berarti adalah salinan dari bentuk lisannya itu. Sebab, beberapa pertunjukan sastra lisan Melayu yang kita kenal sekarang ternyata muncul belakangan, setelah teks tertulisnya ada. Dendang pembacaan syair seperti yang kita kenal sekarang, misalnya adalah bentuk-bentuk penulisan dari teks (tulisan) yang sudah ada sebelumnya. Sastra Melayu (lisan maupun tertulis) pada umumnya memiliki dua fungsi utama, yaitu menghibur dan mendidik. Koster (2011: 70) menyebutkan bahwa sastra yang menghibur ialah sastra yang dapat melipurkan hati yang lara. Sedangkan yang mendidik ialah sastra yang mampu member manfaat atau faedah.
Penulis tertarik meneliti sub-bab ini karena keikhlasan dan kerelaan berkorban merupakan sifat yang mulia bagi manusia, tetapi di zaman sekarang dirasakan semakin langka ditemukan di dalam kehidupan masyarakat yang semakin materialistis (berorientasi harta benda). Meskipun demikian topi-topik yang lain juga relevan dengan kehidupan masa kini.
Sebagaimana dibayangkan oleh Tenas Effendy dalam Bab “pendahuluan” bukunya ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa kini tidak jarang menimbulkan pergeseran dan perubahan nilai-nilai budaya. Kemajuan material membuat orang tidak dapat menjaga dan memelihara keseimbangan antara sisi lahiriah dan batiniah. Dalam keadaan yang seperti itu nilai-nilai luhur menjadi terancam, yang mengakibatkan kepribadian dan jatidiri memudar lalu hilang (Effendi 2006: 1-6).
Tenas Effendy adalah seorang budayawan Melayu terkemuka. Ia sudah menulis sekitar 170 buku tentang alam dan budaya serta adat istiadat Melayu. Tenas Effendy lahir di Pelalawan pada tanggal 9 November 1936. Beliau hanya tamatan Sekolah Rakyat dan Sekolah Guru  (SGB dan SGA). Namun minat dan perhatiannya terdapat kebudayaan, khususnya kebudayaan Melayu demikian tinggi, sebagaimana tercermin dari tulisan-tulisan yang dihasilkannya, serta aktivitas sehari-hari beliau. Atas karya dan pengabdiannya dalam bidang kebudayaan Melayu, beliau diberikan anugerah Ijazah Kehormatan Doktor Falsafah (Doktor Honoris Causa) bidang persuratan (sastra) dari institut Alam Tamaddun Melayu (ATMA) Universiti Kebangsaan Malaysia, pada tahun 2005. Pada tahun 2006 beliau mendapat anugerah Akademi Jakarta. Sejak menerima anugerah Doktor Honoris Causa sampai tahun 2010, beliau menjadi karyawan tamu (dosen dan peneliti) di Akademi Pengajian Melayu (APM) Universiti Malaya Kuala Lumpur. Semata berkhidmat di lembaga ini, Tenas Effendy aktif berceramah dan membentang makalah dalam berbagai peristiwa kebudayaan di alam Melayu Asia Tenggara. Buku Tunjuk Ajar Melayu yang dikarangnya sekarang diterjemahkan ke dalam bahasa Thai untuk dijadikan bahan pembelajaran muatan lokal di lembaga-lembaga pendidikan di Thailand.

Dari riwayat hidup ringkas yang diuraikan di atas, jelas bahwa Tenas Effendy adalah tokoh yang berwibawa dan dihormati. Hal ini lebih memotivasi penulis untuk meneliti teks-teks yang dikarangnya, khususnya “Butir-Butir Tunjuk Ajar Melayu” yang berkaitan dengan sifat “Ikhlas dan Rela Berkorban”. Sifat-sifat ikhlas dan rela berkorban yang dikemukakan menggunakan bentuk-bentuk bahasa khas sastra Melayu. Penerapan ilmu sastra dalam penelitian ini ditumpukan pada bentuk-bentuk bahasa sastra yang digunakan pengarang serta isi yang dikemukakannya.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan member sumbangan terhadap perkembangan pengetahuan pada umumnya, sastra Melayu khususnya, dan secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembelajaran sastra dan etika di sekolah-sekolah, terutama yang berikatan dengan budi pekerti.
1.1.2    Masalah
Penelitian ini berangkat dari masalah yang berkaitan dengan ciri-ciri tekstual tanjuk ajar melayu karya Tenas Effendy, khususnya topik “ikhlas dan rela berkorban” ,serta kandungan isinya. Masalah tersebut dirumuskan sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah bentuk puisi dalam Tunjuk Ajar Melayu karya Tenas Effenddy khususnyatopic “ Ikhlas dan Rela Berkorban”?
2.      Bagaimana makna puisi topik “ikhlas dan rela Berkorban” dalam buku Tunjuk Ajar Melayu Karya Tenas Effendy?


1.2       Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1.      Mendeskripsikan dan menganalisis bentuk puisi dari penyajian Tunjuk Ajar Melayu karya Tenas Effendy yang berkaitan dengan topic “ Ikhlas dan Rela Berkorban”.
2.      Mendeskripsikan dan menganalisis makna puisi topic “Ikhlas dan Rela Berkorban” yang terdapat dalam buku Tunjuk Ajar Melayu karya Tenas Effendy.
1.3              Sumber Data
Adapun sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini aadalah buku Tunjuk Ajar Melayu Karya Tenas Effendy terbitan Penerbit Adicita Karya Nusa tahun 2006 Buku itu berjumlah 688. Data utama adalah sub-bab “ikhlas dan Rela Berkorban” terdiri dari 90 bait yaitu (halaman 137-148), sedangkan sub-bab lainnya dijadikan sebagai data pendukung.

1.4       Teknik Penelitian
            Penelitian ini menggunakan teknik hermeneutic, yaitu baca, catat, dansimpulkan (Hamidy 2003:24), yang dilakukan terhadap buku Tunjuk Ajar Melayu karya Tenas Effendy, khususnya topic “Ikhlas dan Rela Berkorban”, dan buku-buku serta tulisan-tulisan lain yang relevan dengan penelitian ini.



1.5       Teknik Analisis Data
            Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan langkah dengan cara (teknik) sebagai berikut:
a.       Mengelompokkan dan menguraikan data yang berkaitan dengan pola bait, pola baris, serta persajakan puisi-puisi topik “Ikhlas dan Rela Berkorban”  dalam buku Tunjuk Ajar Melayu karya Tenas Effendy, berpedoman pada kerangka teoretis.
b.      Menelaah isi (content analysis) puisi-puisi topik “Ikhlas dan Rela Berkorban” dalam buku Tunjuk Ajar Melayu karya Tenas Effendy untuk menemukan maknanya (mitos, tema, dan amanatnya) sesuai dengan teori yang digunakan, dan kemudian mengelompokkan dan menguraikannya secara sistematis.












2.1       Kesimpulan
            Berdasarkan analisis data yang dilakukan terhadap Tunjuk Ajar Melayu topic “Ikhlas dan Rela Berkorban” karya Tenas Effendy, dapat di simpulkan sebagai berikut :
1.      Bentuk puisi yang digunakan dalam teks topic “Ikhlas dan Rela Berkorban” adalah bentuk-bentuk puisi tradisional melayu (lisan maupun tulisan), dengan ikatan formal berupa pola bait, pola baris dan persajak yang ketat. Pola bait puisi topic “Ikhlas dan RelaBerkorban” terdiri dari ungkapan(2, 3, 4, 12, dan 16 baris), syair, dan pantun, yang semua nya merupakan bentuk-bentuk puisi Melayu tradisional yang berakar pada kelisanan, dan baoit-bait dibangun melalui baris-baris dan periodesitas yang juga seimbang. Pola baris puisi-puisi topic “Ikhlas dan Rela Berkorban” hampir seluruh nya terdiri dari 4-5 kata (96,6%), dan hanya (3,3%)yang lebih dari itu, dan sejumlah suku kata 9-10 suku kata (71,4%) dan selebihnya (28,3%). Hal ini menunjukkan bahwa puisi-puisi tersebut memprtimbangkan keseimbangan jumlah kata dan suku kata yang juga ketat. Persajakan dalam puisi topic “Ikhlas dan Rela Berkorban” semua nya berupa pengulangan bunyi akhir.





2.      Makna puisi adalah pengertian yang dikandung oleh puisi tersebut, dan puisi-puisi topic “Ikhlas dan Rela Berkorban” menyampaikan makna bahwa manusia harus menanamkan, memelihara dan mengamalkan sifat ikhlas dan rela berkorban dalam diri nya sebagai salah satu cara untuk mencapai kehidupan yang sempurna. Makna-makna tersebut dapat dikelompokan kedalam tiga hubungan, yaitu (a) sifat ikhlas dan rela berkorban dalam kaitannya dengan individu manusia yang ideal, (b) sifat ikhlas dan rela berkorban sebagai perekat kehidupan social, dan (c) sifat ikhlas dan rela berkorban dalam kaitannya dengan hidup dan kehidupan yang berfaedah di dunia maupun akhirat. Selain itu, teks tersebut juga menyampaikan pengertian tentang ikhlas dan rela berkorban itu sendiri.







           


Daftar Rujukan
Sari, Ratna. 2012. Analisis Bentuk Puisi dan Makna Tunjuk Ajar Melayu Karya Tenas Effendy. Skripsi. FKIP. Universitas Islam Riau.

Deskripsi Kepala

Nama : Susi Sukanti
NPM : 116211765
Kelas : VI B