Jumat, 28 Maret 2014

ANALISI GAYA BAHASA PADA PUISI

Nama: Susi Sukanti
Kelas : 6 B
NPM : 116211765
 


ANALISIS GAYA BAHASA
“Suluk Tuhu Linglung”
(Emha Ainun Najib)
Oleh: Susi Sukanti

1.     Puisi
Sepedati penuh kertasnya
Tiada lain yang diperbincangkan
Kenapa sedemikian sesat
Memeluk titipan tanpa sisa
Terlena karena dipercaya
Padahal itu tak benar-benar disadarinya
Nabi, wali, mukmin, sirna
Hancur, lebur, luluh, musnah, hilang
Namun tak dicapainya kekosongan.





2.  Analisis Gaya Bahasa  Dalam Puisi  “Suluk Tuhu Linglung karya Emha Ainun Najib

2.1       Pengertian Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan salah satu unsur  dari sebuah puisi. Gaya bahasa adalah cara khas menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau  lisan (Moelino, 1989). Dalam puisi, penyair berusaha menyampaikan ide, perasaan dan pikirannya dengan menggunakan bahasa yang dibuat sedemikian rupa sehingga tampak indah dan penuh makna. Oleh karena itu, untuk dapat membaca puisi dengan baik,memahami, memaknai, menganalisis, dan mengajarkan puisi, kita harus memahami gaya bahasa tersebut.
Menurut HB Jassin, gaya bahasa adalah perihal memilih dan mempergunakan kata sesuai dengan isi yang mau disampaikan. Sedangkan menurut Nata Wijaya (1986:73), gaya bahasa adalah pernyataan dengan pola tertentu, sehingga mempunyai efek tersendiri terhadap pemerhati (pembaca dan pendengar). Disini penulis akan melihat gaya bahasa yang  terdapat dalam puisi “Suluk Tuhu Linglung” karya Emha Ainun Najib.


2.2       Jenis-Jenis Gaya Bahasa

Secara garis besar, gaya bahasa dapat dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:
1)      Gaya bahasa perbandingan;
2)      Gaya bahasa penegasan;
3)      Gaya bahasa sindiran;
4)      Gaya bahasa pertentangan.

Analisis Gaya Bahasa Puisi Suluk Tuhu Linglung karya Emha Ainun Nadjib.
1.      Gaya Bahasa Penegasan, gaya bahasa Antikllimaks adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin melemah artinya. Yang terdapat dalam puisi adalah: Sepedati penuh kertasnya sampai dari namun tak di capainya dengan kekosongan.
2.      Gaya Bahasa Penegasan, gaya bahasa Enumerasi adalah gaya bahasa yang dipakai untuk menyebutkan beberapa peristiwa yang membentuk kesatuan, dilukiskan bagian demi bagian supaya jelas. Yang terdapat dalam puisi adalah: Terlena karena dipercaya
Padahal itu tak benar-benar disadarinya.
3.      Gaya Bahasa Penegasan, gaya bahasa
Gaya bahasa Retoris adalah gaya bahasa yang menggunakan kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban. Yang terdapat dalam puisi adalah: Kenapa sedemikian sesat.
4.      Gaya bahasa penegasan, gaya bahasa Gaya bahasa Repetisi adalah gaya bahasa yang mengulang sepatah kata atau kelompok kata beberapa kali dalam kalimat yang berbeda. Yang terdapat dalam puisi adalah: Nabi, wali, mukmin, sirna, hancur, lebur, luluh, musnah, hilang.
Gaya bahasa itu menghidupkan kalimat dan memberi gerak pada kalimat. gaya bahasa itu untuk menimbulkan reaksi tertentu, untuk menimbulkan tanggapan pikiran kepada pembaca (pradopo, 1987). Setiap pengarang biasanya mempunyai gaya bahasa sendiri, hal ini sesuai dengan sifat dan kegemaran masing-masing pengarang. Pengarang menggunakan gaya bahasa yang bermacam-macam untuk mengungkapkan pikiran dan pembacanya.gaya bahasa sebenarnya merupakan bagian dari diksi atau pilihan kata. Karena yang dibicarakan disini puisi maka diksi atau pilihan kata tersebut dilihat penggunaannya dalam sebuah puisi. Yang dipersoalkan adalah tepat tidaknya pemakaian kata, frase, dan kalimat untuk menggambarkan situasi tertentu dan maksud tertentu.
Untuk memahami dan menggunakan gaya bahasa yang baik, anda perlu mengetahui unsur-unsur yang perlu ada di dalamnya. Gaya bahasa yang baik harus mangandung tiga unsur yaitu: kejujuran,sopan santun, dan menarik (keraf,1987).

1.      Kejujuran
Dalam menggunakan gaya bahasa, anda dituntut untuk berlaku jujur terhadapnya. Kejujuran dalam bahasa berarti anda harus mengikuti aturan-aturan, kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa. Dalam mengungkapkan pikiran, anda perlu menggunakan kalimat yang panjang dan berbelit-belit yang menyulitkan pembaca untuk memahaminya, penggunaan kata-kata yang kurang tepat dan tidak terarah serta penggunaan kalimat  yang berbelit-belit adalah jalan untuk mengundang ketidak jujuran.
2.      Sopan-santun
Yang dimaksud dengan sopan-santun adalah memberi penghargaan atau menghormati orang yang diajak berbicara, khususnya pendengar atau pembaca.
3.      Menarik
Dalam penggunaan gaya bahasa, syarat kejujuran, kejelasan,  dan kesingkatan baru merupakan langkah awal, syarat lainya yang harus dipenuhi adalah penggunaan gaya bahasa tersebut menarik.

Dilihat dari segi bahasa, ada beberapa jenis gaya bahasa. Keraf (1987) mengatakan, ada gaya bahasa berdasarkan pilihan kata, yaitu gaya bahasa resmi, gaya bahasa tidak resmi, dan gaya bahasa percakapan. Ada gaya bahasa yang berdasarkan nada, yaitu gaya sederhana, gaya mulia, dan bertenaga, serta gaya penengah.









2.3  Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat

Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan sebagai dasar untuk menciptakan gaya bahasa. Struktur kalimat yang dimaksud adalah di mana letak  sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut.  Dari hal tersebut kita mengenal ada kalimat yang bersifat periodik, kendur, dan kalimat berimbang (keraf,1987). Berdasarkan ketiga macam struktur  kalimat tersebut di atas, maka dapat diperoleh gaya bahasa: klimaks, antiklimaks, paralelisme, antithesis, dan repetisi.
Gaya bahasa berdasarkan makna diukur dari langsung  tidaknya makn aitu apakah acuan yang di pakai masih mempertahankan makna dasar, makna bahasa masih bersifat polos. Gaya bahasa di kelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu gaya bahasa retoris. Yang semata-mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu, dan gaya bahasa kiasan.



2.4  Faktor kebahasaan dalam puisi

Bahasa puisi bersifat khas, berbeda dengan bahasa prosa. Dalam puisi, penyair kadang menggunakan bahasa yang lain dari bahasa yang kita gunakan sehari-hari. Untuk mendapatkan irama yang liris dan membuat kepadatan, kesegaran serta ekspresitas yang lain, penyair bisa banyak membuat penyimpangan dari tata bahasa normatif dalam puisi-puisinya. Berikut ini contoh-contoh faktor kebahasaan dalam puisi:
1.      Penyingkatan atau pemendekan kata;
Dalam puisi modern sering kita jumpai kata-kata yang  dipendekkan.
2.      Penghilangan imbuhan;
Imbuhan yang biasanya dihilangkan oleh penyair untuk mendapatkan efek puitisnya yaitu awalan,akhiran,ataupun awalan dan akhiran.
3.      Penghapusan tanda baca;
Penyair juga sering menghapuskan tanda baca dalam puisi-puisi yang ditulisnya.
4.      Pemutusan kata;
Kita sering menjumpai puisi yang di dalamnya terdapat kata-kata yang diputus. Penyair yang terkenal dengan pemutusan kata-kata dalam puisinya adalah Sutardji Calzoum Bachri.
5.      Penggabungan atau perangkaian dua kata atau lebih;
Efek yang ditimbulkan dengan penggabungan kata-kata tersebut adalah adanya kesan melebihi-lebihkan.
6.      Penyimpanan struktur sintaksis.
Kita juga sering menjumpai penyimpangan-penyimpangan dari struktur sintaksis yang normatif. Hal ini dilakukan oleh penyair untuk mendapatkan irama yang liris, kepadatan, dan ekspresivitas.


BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Gaya bahasa dalam puisi merupakan salah satu unsur dari sebuah puisi. Gaya bahasa adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan dalam puisi penyair menyampaikan ide, perasaan, dan pemikirannya dengan menggunakan bahasa yang dibuat sedemikian rupa sehingga tampak indah, dan penuh makna.

2.      Saran
Makalah ini penulis susun berdasarkan literatur yang penulis miliki. Mudah-mudahan tugas ini dapat bermanfaat bagi para penulis dan pembaca. Sebagai generasi penerus bangsa, terutama jurusan bahasa dan sastra Indonesia, mulailah dari sekarang untuk mengembangkan karya sastra dengan belajar berkarya dan terus berkarya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar